Sebagai penulis dan pelaku bisnis, saya sudah diwawancara oleh banyak media. Baik media cetak, elektronik (radio dan televisi), internet maupun untuk keperluan riset/tugas/thesis seseorang. Dan selama ini saya selalu beranggapan betapa enaknya mereka yang make a living by asking somebody questions. You know, kayak Oprah, yang ngobrol-ngobrol di depan kamera dan jadi seleb wanita terkaya di Amerika. Tapi ternyata melakukan wawancara itu nggak mudah sama sekali! 😀
Kesulitan itu saya rasakan ketika akan mewawancarai penulis untuk kolom Meet the Writer di Kutukutubuku.com. Perlu dipertimbangkan banget isi pertanyaan dan kira-kira nanti result yang didapatkan oleh pembaca itu kayak gimana. Kalo ngobrol nggak ada juntrungannya kan sama aja ngegosip.
Jadi wawancara itu sebenernya adalah ngobrol dengan tujuan, yang dengan hasil ngobrol itu, akan menjawab beberapa pertanyaan penting yang sebelumnya nggak ketahuan.
Terus gimana dong biar sukses mewawancarai orang?
Ya siap-siap dong…
Pertama, riset untuk cari bahan tentang topik atau tokoh yang akan kita wawancarai. Google akan banyak banget membantu dalam hal ini.
Kedua, fokus. Siapkan tema apa yang akan kita bicarain pada interview ini. Misal, kalo janjiannya mau ngobrol soal bisnis, ya jangan ntar tau-tau tanya soal kehidupan pribadinya. Kalo orang yang di-interview sifatnya tertutup kan nggak enak juga.
Ketiga, siapkan jadwal wawancara. Lebih baik hubungi dulu untuk janjian. Jangan langsung minta wawancara ditempat, unless dia adalah selebriti ya hehe. Wawancara face to face itu cara terbaik karena bisa sambil lihat gesture, cara bicara, dan pertanyaan juga bisa berkembang dari jawaban-jawaban yang diberikan. Kalau terpaksa bisa by phone dan kalo mentok bisa by email.
Keempat, tanyakan pertanyaan yang tepat. Buka wawancara dengan pertanyaan terbuka, alias bisa dijawab dengan panjang lebar instead of cuma ‘yes’ or ‘no’. Contoh, “Bagaimana Kutukutubuku.com pertama kali dibangun?”. Ini pertanyaan pertama yang udah ratusan kali gue jawab. But yet, lebih baik daripada, “Anda pemilik kutukutubuku kan?”. Hehehe. Lanjutkan dengan dua pertanyaan bersambung yang saling berkaitan, “Apa rencana Kutukutubuku.com ke depan dan bagaimana meraihnya?”. Kemudian tutup dengan pertanyaan, “Oke, apa ada hal lain yang ingin disampaikan regarding this topic?”
Kelima, REKAM wawancara itu. Saya menulis wawancara saya dengan Andrea Hirata di sebuah kertas. Akhirnya:
– Kertas tersebut ‘hilang’ selama 5 bulan sebelum saya temukan kembali
– Ketika saya temukan, saya tidak dapat membaca lagi tulisan saya sendiri
– I’m missing the point.
Dua wawancara terakhir yang saya lakukan (saya yang diwawancara) adalah dengan Nadine, mahasiswa sebuah universitas di Jerman yang meneliti soal blogger di Indonesia dan dengan Wulan Cs, mahasiswa Binus yang mendapatkan tugas untuk mewawancarai pengusaha sukses hehehehe 😀
I think they’re doing it well. Bisa menjahit pertanyaan sebelumnya, dengan next questions. You know, bisa saja gue kasih tau, “Iya penjualan bulan pertama saya Rp 1 Milyar!”, dan pewawancara menanggapi dengan, “Oke, jadi Anda berbintang Gemini?” alias nggak nyambung. But nggak pernah ada kejadian kayak gini kok. They’re all doing a great job and now I want to share it with all of you 🙂
Selamat mewawancarai orang 🙂
Ps: I’m going to need this skill very soon haha. I need to hire book lovers. Ada yang mau saya wawancara? Tell me why should I interview you, and give your cv as well, to career@kutukutubuku.com. Thanks!
Leave a Reply