Pengunjung di acara launching buku saya yang terbaru ‘Passport to Happiness‘ terkejut saat membaca buku ini adalah buku yang sangat pribadi untuk saya. Saya tak hanya menceritakan cerita perjalanan saya ke 11 kota di dunia setelah saya bercerai, tapi saya juga menceritakan perjalanan ke dalam hati saya dan pandangan saya tentang arti cinta yang saya temui di berbagai belahan dunia.
Pertanyaannya, bagaimana saya begitu berani untuk membagi kisah pribadi saya?
Jawabannya mudah. Saya ingin memulai percakapan tentang sebuah topik yang tabu dibicarakan di Indonesia: perceraian.
Bagi orang Indonesia dan masyarakat berbudaya timur pada umumnya, bercerai identik dengan kegagalan. Dan kegagalan bukan sesuatu yang bisa diterima luas dalam kultur budaya kita. Akibatnya, ada saja perempuan yang bertahan dalam pernikahan meskipun harus menderita fisik dan mental. Lebih baik ‘babak belur’, daripada bercerai. Bercerai itu nyaris seperti kematian, karena kebanyakan orang tidak tahu apa yang terjadi setelahnya.
Saya ingin memulai diskusi ini dengan terbuka: ada kehidupan setelah perceraian, dan bagi saya, tidak cuma ada hidup, tapi menciptakan hidup yang saya perlu. Hidup yang produktif dengan membuat karya yang bermanfaat untuk orang banyak. Hidup yang bahagia.
Terima kasih teman-teman dari Moxy, Acer, Gagas Media dan Kutukutubuku.com – juga teman-teman travel bloggers dan pembaca yang sudah mendukung launching buku ‘Passport to Happiness’
Anda bisa membaca bab pertama Passport to Happiness di sini
Anda bisa membeli buku Passport to Happiness di sini
Dan jika Anda sudah membaca buku Passport to Happiness, Anda bisa berbagi quotes menarik dan kesan Anda melalui hashtag #PassportToHappiness di twitter, instagram maupun facebook
Masih ada 2 hadiah smartphone dari Acer dan hadiah menarik lainnya untuk pembaca Passport to Happiness. Stay tuned dengan follow akun @salsabeela @acerID dan @GagasMedia
Semoga Anda memilih bahagia!
Leave a Reply