Radikus Makankakus (Bukan Binatang Biasa) adalah buku ketiga dari Raditya Dika, penulis gokil yang mengawali karir menulisnya dari Blog.Gue ingat pertama kali gue baca blognya Radit yang lama (bertajuk Kambing Jantan). Isinya sangat menarik dan menghibur, cerita seputar kehidupan pribadinya yang dikemas secara dangerously funny, sampai-sampai membuat ‘penggemar’ blognya lining up menanti posting berikutnya (termasuk gue).
Pertama kali gue melakukan kontak langsung dengan dia adalah saat gue meminta blurb untuk buku pertama gue, Look! I’m on Fire. Setelah itu kayaknya nggak pernah kontak lagi, sampai kita ketemu pertama kali di launching buku Katakan Cinta. Waktu dia datang, wajahnya yang familiar membuat gue langsung menyapa.
“Hai Dika!”
Wajahnya bengong.
“Ini Ollie.”
Wajahnya blank. “Oh…!”
“Lo dateng juga kesini?”
Wajahnya masih blank. “Iya… lo ngapain kesini?”
Gantian gue bengong. “Gue kan mau launching buku…!”
“OHHHH!” Sekarang wajahnya bersinar dan cengar cengir tanda baru ‘ngeh’.
Haha gue pasrah aja deh, maklum waktu itu gue belum secara massive menyebar-nyebar foto dan informasi gue ke seluruh penjuru world wide web haha.
Balik soal buku ketiganya, buku ini dibuka dengan misinya yang nggak penting, kayang dalam kostum badut di Monas! Prosesnya dari berangkat menuju Monas naik Bajaj kemudian naik Busway, semua didokumentasikan dalam foto. Jadi nikmatilah Raditya Dika dengan kepala Singa dan baju ketat nan sexy haha.
Selanjutnya cerita dicampur, antara cerita tentang adik-adiknya (ada empat dan selalu jadi objek menarik dalam ceritanya), cerita sewaktu sekolah (soal Mbip dan gurunya yang baik), masa-masa kuliah (cerita soal kesuksesannya masuk UI dan kebakaran gara-gara panci plastik), kebiasaan-kebiasaan anehnya (Kata Deta, kebiasaan boker dimana-mana kayak ayam), dan ketakutan-ketakutannya (parno sama gay) tergambar jelas di buku ini.
Hebatnya, Raditya Dika selalu bisa memasukkan unsur ‘moral of the story’ dalam setiap ceritanya. Contohnya dalam cerita saat ia berhasil tembus Fisika UI.
Jujur, masuk UI nggak ngebuat gue bahagia-bahagia banget. Tapi, ada satu hal yang bisa membuat senyuman gue gak berhenti kempis malam itu, kenyataan yang baru gue sadari setelah Pito menjadi korban: gue baru saja bikin orang tua bangga. Dan mungkin, untuk detik ini, inilah kebahagiaan yang gue cari.
Hal-hal seperti di atas dan setelah beberapa kali ngobrol dalam kesempatan makan siang bersama dia, gue pun mengambil kesimpulan, this guy is wickedly smart and he’s the next big thing 😀
Ps: Dik, gue mau deh jadi pemeran teman kuliah Kebo di Film Kambing Jantan 😀
Leave a Reply