“Aku resmi Drop Out dari kampus!” Kata seorang teman saat saya dan suami menemuinya malam tadi.
Umurnya 2 atau 3 tahun lebih muda dari kami, memang sudah lama pikirannya lebih maju dari pelajaran di bangku kuliah. Akhirnya dia mengikuti passion-nya untuk mempelajari dan fokus di bidang yang ia sukai.
Jadi bagaimana keadaan teman saya sekarang setelah resmi DO dari kampus? Now, he runs some companies, one of his office has magnificent city view from 50th floor in the center of Jakarta, he stayed in a 5-star luxury hotel in Jakarta when he visit, planning on investing one more start-up company on dinner and he’s giving hundreds of dollar to me to play with without even thinking! Talk about being successful in such young age 😉
Ada juga salah satu rekan bisnis yang seumur dengan saya, tapi sudah jadi komisaris di sebuah perusahaan besar, bisnisnya banyak, salah satunya butik di Plaza Senayan, fashion outfitnya merk kelas atas, dan bisa beli apa saja yang ia butuhkan tanpa perlu melihat price tag-nya.
Setiap kali tau hal-hal kayak gini yang ada cuma: ENVY. Dan mungkin kita mulai ingin menjadi persis seperti dia. Ingin mengikuti jejak langkahnya dari awal. Padahal nggak perlu. Mereka sukses di bidang yang mereka sukai, passion is the key. Mungkin bidang yang mereka sukai nggak sama dengan passion kita.
Apa ciri-ciri kita sudah menemukan passion kita?
- Hari Senin bukan hari menyiksa
- Hari Jumat biasa saja
- Perasaan saat ‘main’ dan kerja nyaris nggak ada bedanya
Jika ketiga hal di atas masih belum sinkron dengan hidup kita sekarang, berarti coba temukan passion itu terlebih dahulu. Ada artikel yang bagus banget dari Zen Habits tentang The Short but Powerful Guide to Finding Your Passion.
Film 3 Idiots yang banyak direkomendasikan di twitter itu juga mengangkat issue yang sama tentang follow your passion. Miris kan kalau lihat banyak mahasiswa S1 yang lulus tapi seperti zombie, hapal teksbook, tapi nggak bisa mengaplikasikan ilmunya, bahkan ada yang nggak suka sama sekali dengan pelajaran yang diambilnya. Biasanya sih awalnya masuk karena ‘rekomendasi paksa’ dari orang tua.
Jadi, selalu ingat untuk mendukung keinginan anak Anda agar sukses dikemudian hari!
“Tapi Li, anak gue kemarin bilang cita-citanya berubah, pengen jadi pemulung karena ngeliat mas-mas tukang sampah lewat depan rumah. Gimana dong?! Mesti gue dukung juga?”
Eh… gimana ya 😀
Leave a Reply