Kemarin saya menyetir lagi setelah 2 tahun lebih vakum. Mengapa vakum? Karena ngeri dengan kemacetan yang terjadi di Jakarta pada waktu itu. Dan mengapa kemarin saya menyetir lagi padahal kemacetan telah bertambah di beberapa spot pembangunan dan penggalian di seluruh antero Jakarta? Pertama karena saya sudah agak lupa dengan trauma kemacetan yang terjadi saat saya bawa mobil dulu dan kedua karena saya ingin mencoba menggunakan mobil dengan transmisi automatic. 😀
Riwayat menyetir saya dimulai sejak SMA. Dengan mobil yang minus power steering, saya rasa saya sudah cukup menguasai benda itu di daerah tempat tinggal saya (di luar Jawa yang relatif sepi traffic-nya). Tapi pas pindah ke Jakarta, semua buyar. Hari pertama turun ke jalan saya kena macet hingga 3 jam yang menyebabkan otot kaki serasa ketimpa gajah. Sejak saat itu kapok nyetir di Jakarta.
Saya baru mau mencoba lagi setelah ada opportunity untuk bawa mobil matic yang konon bisa membawa banyak kemudahan untuk mengatasi kemacetan Jakarta. Hoho… lubang galian di belokan Kemanggisan Raya, yang menyebabkan keruwetan dan kemacetan tambahan di daerah yang udah terkenal macet itu pun bisa saya hadapi dengan senyum. Begitu juga saat melewati penyempitan jalan akibat pembangunan jalur Busway di depan RS Harapan Kita. Juga saat macet lagi di jalan menuju Pancoran (masih karena jalur Busway). Dan juga di… hehe… nggak ada habisnya. Tapi intinya, titik-titik macet baru di Jakarta yang bermunculan bisa saya hadapi dengan senyum lebar.
Tapi… JEGER.
Petir. Hujan. Lebat. Sekali. OMG.
Sudah ketebak, dalam beberapa menit air menggenang, mengalir deras, menggulung-gulung. Sekarang meskipun macet, saya tidak bisa tersenyum. Deg-degan setiap kali melewati genangan air yang tingginya dengan cepat meningkat. Mobil sedan ini bisakah melewatinya? DEG. DEG. DEG.
Akhirnya setelah dua jam yang menegangkan melewati banjir, ditambah macet panjang pasca hujan, saya sampai juga di rumah. SIGH. Dengan menghela napas saya mengelus mobil hitam itu.
See you later, beautiful. Sampai ketemu lagi kapan-kapan. Mungkin nanti setelah ada keajaiban yang merubah kota Jakarta, atau mungkin setelah saya lupa akan trauma hari ini… yah… mungkin… 2 tahun lagi.
Ps: Mom, I wanna move to Purbalingga
Pss: Angel, I’m not going to office anymore. I’m working at home
Psss: Just kidding
Leave a Reply